Minggu, 14 Agustus 2011

MENGAPA ANAK NOKEN, KOTEKA KITA BAKU MUSUH...??

webby yikwa

MENGAPA ANAK NOKEN, KOTEKA KITA BAKU MUSUH


MENGAPA ANAK NOKEN, KOTEKA KITA BAKU MUSUH...??
KATA PENGANTAR
    Syukur yang tiada terkira penulis tunjukkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk Rahmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan budaya noken dan koteka  bagi masyarakat dani dan lebih khususnya bagi masyarakat Kabupaten Tolikara.
    Noken dan koteka bukan sebua budaya yang baru lahir, melainkan sebagai pakaian masyarakat dani yang tinggal di pegunungan tengah. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan selamat membaca bagi masyarakat pegunungan tengah.
Tolikara merupakan kabupaten  yang dikaruniai oleh keindahan alam dan budaya. Tolikara merupakan kabupaten pegunungan dengan jumlah penduduk yang sangat besar dengan budaya yang unik begitu pula banyak dari wisatawan mengunjung kesana karena begitu keunikkan yang sangat diakui,hal tersebut merupakan kekayaan kabupaten Tolikara .
Kabupaten Tolikara yang subur dengan kekayaan flora adalah hutang yang luas yang banyak dilirik oleh negara – negara asing menjajah di pegunungan tengah. Mengacu pada hal ini, maka sudah seharusnya kita sebagai anak noken, koteka patut bangga atas mendapat limpah Rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa dengan dianugrai tanah yang subur, sehingga sering terlontar anekdot dari beberapa kabupaten tetangga yang mengatakan bahwa “ andaikan kamu melemparkan sebatang tongkat di tanah Tolikara, maka dari tongkat yang kamu buang tersebut akan memunculkan emas dan kekayaan bagimu”.
Rasa bangga dan syukur kita akan anugrakan tersebut, janganlah merupakan isapan jempol semata tetapi harus buktikan seorang anak noken, koteka .


TalkingAsal-usul Koteka (

Asal mula koteka, tidak semua orang tahu, termasuk mereka yang mengenakannya. Menurut alm Webby Yikwa, seorang Fotografer asal kabupaten Tolikara yang sekarang berdiri karena ada rasa kepedulihan terhadap kabupaten Tolikara, koteka berasal dari moyang orang yang mengenakannya itu sendiri. Tidak ada koteka impor. Konon katanya,
TUHAN Allah menciptakan manusia pertama dan memberi nama Adam dan Hawa karena berdua berbuat dosa yang berakibat salah (melanggar),lalu pikiran berdua terbuka (eden) yang selanjutnya menjadi nama bukit. Sejak diusir itulah, kedua orang ini sadar bahwa mereka dalam keadaan telanjang. Awalnya mereka mencoba menutupinya dengan dedaunan, namun sejalan dengan perkembangan pola pikir (budaya), sampai pada zaman Nuh kemudia kepada masyarakat dani maka digantilah dengan koteka yang tumbuh subur di kebun mereka yang berpagar. Maka jadilah busana yang betul-betul menunjukan kejantanan seorang pria, moge bagi seorang wanita.

Sebenarnya, sebelum pikiran manusia pertama belum terbuka, tidak ada permusuhan, pertentangan, pertengkaran, percemoohan dan lain sebagainya. Segalanya hidup damai sentosa, aman dan rukun. Tidak ada pikiran (niat) untuk berbuat yang jahat, seperti mencuri, membunuh atau ular gigit manusia. Namun berkat godaan iblis itulah membuat Allah harus membuat pagar, untuk memeleh si iblis itu agar tidak masuk ke dalam tamannya.

Koteka dan noken adalah tanda bukti kesetiaan manusia kepada TUHAN, walaupun selanjutnya manusia harus menanggung beban penderitaan sebagai akibat dari pikiran independen yang telah dipilih. TUHAN Allah mengatakan, okei, kalau anda sudah berjanji untuk menuruti aku, berbuatlah setiap hari dengan ajaran-ajaranKu ini. Selanjutnya TUHAN Allah mengajarkan Kabo Mana yang didalamnya berbunyi: abok ndandak (kesederhanaan, merendah), niniki ambir (kebersamaan), yengwa - yengwa (bersemangat), nabua - kabua (mengasihi sesama)puk agalek mban (rajin, telaten), dan yabu eruwok (membangun).

Sekali lagi, hargailah Koteka  itu, jangan lihat koteka dari pandangan miris, lihatlah koteka sebagai bukti kesetiaan manusia terhadap ajaran Kabo Mana (ajaran dasar hidup) yang sudah ada sejak turun-turun.
Sudah beberapa kali, kata "koteka" yang saya gunakan dalam tulisan-tulisan saya sudah menjadi seolah-olah kata "sandungan" bagi sebagian saudara - saudara di tanah air.
Marilah saya menjelaskan mengapa istilah ini patut dan dianggap layak dipakai:
Bahwa semua manusia, termasuk semua orang Papua, pada mulanya adalah telanjang.
Bahwa nenek-moyang orang Papua adalah pada mulanya tidak berpakaian dari bahan kain seperti yang Anda dan saya kenakan hari ini.  Bahwa wujud "ketertinggalan" (sebenarnya saya tidak setuju koteka sebagai tanda ketertinggalan) di Tolikara yang sampai hari ini masih dapat Anda sendiri lihat dan tunjuk dengan jari di abad 21 ini adalah "koteka". Wujud keterbelakangan lain seperti cawat dan daun-daunan telah tiada karena perubahan peradaban. Hanya koteka masih bertahan hidup di abad ke 21 ini.

Saudara mama-mama di pegunungan tengah Papua keluar rumah salah satunya adalah tas Noken. Noken terbuat dari akar-akaran serta kulit kulit kayu yang dibuat menjadi benang dan kemudian dianyam menjadi sebuah tas keranjang multi fungsi. Di pegunungan Papua, tas ini untuk memasukkan
-   ubi jalar,
-   sayur-sayuran
-   kayu bakar dan
-   bahkan bayi kecilpun bisa masuk
-   kemudian juga bayi babi
 itulah salah satu keunikan suku di pedalaman Tolikara. Noken biasanya dibawah atau diletakkan diatas kepala seperti dalam foto diatas.
Pada zaman modern ini banyak wanita muda mengarang – mengarang noken dengan berbuat semacam – macam noken dan juga noken bisa digunakan untuk perhiasan.
Wah.... ada cewe – cewe yang memakai noken dan cawat sebagai perhiasan badan mereka hal ini dipake sahat acara – acara besar dan juga setiap hari pengganti pakaian bagi masyarakat dani dan lebih khususnya masyarakat tolikara. Pada khususnya kita dilahirkan dan sebagai pelindungan diisi kedalam noken, ketika kita berada didalam noken tersebut yang kami merasakan hanya aman dan tidak ada beban bagi kami, sehingga ketika kami mengantuk di pangkuan ibu. Ibu sudah mengetahui dan mengisi kedalam noken khusus bagi bayi.
TRADISIONAL WORK IN WAMENA
 inilah hidup yang kami jalani; mengasuh anak, membuka kebun, menanam, memelihara dan memanen. Setelah hasil di kebun di petik kemudian kami mencari kayu bakar lagi untuk membuat perapian di rumah kami-Honai. Beginilah hidup yang kami jalani, tidak ada yang patut disesali tapi harus di perjuangkan...diperjuangkan untuk lebih baik... (jeritan hati mama di pedalaman-Tolikara).

dalam budaya masyarakat dani
bayi babi dan anak memiliki kesamaan di dalam noken
keunikan di tanah Papua, Tolikara khususnya. Seorang ibu begitu sayangnya akan ternak peliharaannya, dia rela memberikan satu susunya kepada babi kesayangannya. Oia, perlu diketahui juga bahwa babi adalah salah satu simbol sosial dalam masyarakat suku-suku di pengunungan tengah Papua. Suku Dani di lembah baliem salah satunya. Di kabupaten tolikara. Wah...menarik yach, saya jadi berpikir kalo kepada binatang aja bisa kita sayangi . . . harusnya kepada sesama manusia kita bisa lebih dari itu. Kalo dunia bisa begitu, mungkin nga akan ada lagi perang, kelaparan, pembunuhan dan kemiskinan. Selamat buat mama untuk perenungannya
DEMI CITA-CITA

Aku masih selalu bertanya pada diriku,"Gimana ya caranya aku mencapai cita-citaku?", adakah yang jalan yang lebih mudah untuk mencapainya?? Kalau aku harus berjalan diatas gunung-gunung berkilo-kilo mungkin aku sudah biasa, karena tempatku memang nga ada jalan rata selain gunung-gungung yang terjal. Tapi, apakah orang yang lebih tua dariku tau kalau aku ini masih kecil? sehingga untuk mengejar cita-citaku saja, mesti bawah rumput dan kayu bakar dan . . .ach . . .atau itu syarat untuk mencapai cita-cita? suatu saat aku bertanya pada guruku: Kaka (sebutan untuk orang yang lebih tua di Papua), kalo adek bawa kayu atau rumput sekarang bisakah suatu saat aku bisa bawa besi terbang (pesawat) juga euy, kayak Mister Smitt ? ? ?
SEORANG ANAKPUN PENGEN TAU

Dengan kaki tegak, tangan di belakangku aku berdiri tegak dan ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi ???
TENTANG PENULIS
 HAI SALAM SEJAHTERA DALAM TUHAN
Nilai manusia, bukan bagaimana ia mati, melainkan bagaimana ia hidup, bukan apa yang diperoleh, melainkan apa yang telah diberikan, bukan apa pangkatnya, melainkan apa yang telah diperbuat dengan tugas yang diberikan Tuhan kepadanya.

Hati anda belum hidup kalau belum pernah mengalami rasa sakit. Rasa sakit karena cinta akan membuka hati, bahkan bila hati itu sekeras batu.
Hati adalah sumber keberanian, semangat, integrasi, komitmen dan motifasi "Saat ini bahaya yang paling besar yang dihadapi umat manusia pada zaman sekarang bukanlah ledakan bom atom, tetapi perubahan sifat" dan "Hati ini mengaktifkan nilai-nilai kita yang paling dalam, mengubahnya dari suatu yang kita pikir menjadi sesuatu yang kita jalani. Hati tahu hal-hal yang tidak, atau dapat diketahui oleh pikiran. Hati adalah sumber keberanian dan semangat, integritas dan komitmen. Hati adalah sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita belajar, menciptakan kerja sama, memberikan motifasi, memimpin dan melayani"
"Kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektik menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi"
Olehkarena itu "Taburlah gagasan, petiklah perbuatan. Taburlah perbuatan, petiklah kebiasaan. Taburlah kebiasaan, petiklah karakter. Taburlah karakter, petiklah nasib".
Ukuran paling tepat untuk menguji kecerdasan tingkat tinggi anda adalah kemampuan menyimpan dua gagasan berlawanan dalam pikiran anda secara bersamaan, namun masih mempunyai kemampuan untuk berfungsi".


Penderitaan dan keriaan adalah kenikmatan yang berbeda. Bila Anda adalah manusia penderita, sedangkan sesama anda adalah manusia keriaan, suatu fragmatik yang berbeda antara kehidupan anda dan sesama anda. Ya anda adalah manusia penderita dan penderitaan adalah bayangan Tuhan tunggal dimana tidak mendiami kawasan hati dengki.
Orang yang menderita adalah memiliki roh sangsai, dukacita amatlah mulia bagi mereka yang dibuat berdiam dalam hati kerdil. Dimana bila orang lain tertawa mereka meratap dan menangis; namun siapa yang pernah dibakar sekaligus dicuci dengan airmatanya sendiri??..... selamanya akan tetap suci!!!.. Biarpun orang lain tidak memahami anda, namun anda harus layangkan simpati anda. Walau mereka ngebut dengan bengawan kehidupan kejam, sehingga mereka tidak menoleh kepada anda, padahal anda duduk dibantaran sungai, menontoni mereka dan menangkapi suara mereka yang ganjil.
Mereka tak menangkap jeritan anda karena bisingnya hari membuat telinga mereka tuli, tersumbat zat batu kehidupan yang tak pedulikan akan kebenaran; namun anda mampu mendengarkan nyanyian mereka, karena bisikan didalam membukakan nurani anda, anda akan menyaksikan mereka berdiri diujung jemari cahaya, tetapi mereka takbisa melihat anda, kerena anda tinggal didalam tekanan yang menjanjikan kebebasan.
Andalah putra penderita??... anda adalah seorang penyair dan nabi, andalah penenung busana sang dewi dari benang hati anda dan anda penuhi tangan para bidadari dengan bijian nuraniah anda, bagi mereka pengejar surga dunia!!.. mereka akan selalu menempatkan hati mereka dalam genggaman kehampaan, karena sentuhan tangan kehampaan begitu luwes dan mengundang selera sesaat.
Mereka tinggal dirumah kebodohan!!!.... karena dalam rumah mereka tiada cermin wajah untuk memandang bentuk wajah mereka, mereka takkan membuka topeng mereka, anda akan selalu menghela napas panjang??.... akan tetapi dari keluhan anda akan terbit bisikan – bisikan anak sungai!!!... taat kala mereka menurunkan derajart anda dan tingkah mereka berbaur dengan penghancuran, reruntuhan, ratapan dan gemertakan dari jurang yang dalam.
Apabila anda meratap….. airmata akan menetes kedalam jantung kehidupan, bagai kemilau embun segar yang menetes dari pelupuk malam kedalam jantung fajar; bila mereka tertawa, cemohan mereka menyemburkan racun bagaikan bisa ular meracuni luka.
Anda tetap menangis, menaruh simpati kepada simiskin, gelandangan dan janda yang berduka……. tetapi mereka bersukaria tersenyum memandang emas yang gemerlapan. Anda akan terus menangis……….. karena andalah yang jelas mendengarkan isakan kaum miskin dan ratapan silemah yang tertindas; tetapi mereka tetap terbahak karena tak ada yang dihiraukan selain bunyi letupan senapan sebagai isyarat yang berdenting.
Anda menangis karena saat ini roh anda tercerai dari ilahi………. tetapi mereka tetap tertawa karena tubuh mereka terikat dengan ketidakpedulian.
Anda putra penderita………….. sedang mereka putra keriaan, Memohonlah agar mereka memperkenangkan anda untuk mengukur buah penderitaan anda yang berbanding tajam dengan tingkat keriangan didepan kesaksian sang mentari.
Mereka telah menegakkan piramida dihati para budak, tetapi tahukah anda? Piramida itu berdiri diatas pasir, memperingati abad-abad keabadian kalian dan jejak mereka yang fana.
Mereka hidup dalam kenangan insan serupa bagai dimuka bumi; mereka takkan menemukan seorang kawan’pun yang akan menguburkan anda dalam kegelapan noneksistensi, dan kegelapan yang selama ini dicari oleh mereka dimukabumi ini.
Andalah putra penderita……..derita adalah mega ke’emasan yang menyirami manusia dengan pengetahuan dan kebenaran.
Mereka putra-putra keriaan betapapun tinggi jangkauan keriaan mereka menurut hukum Tuhan… ia akan binasa oleh sapuan angin dari surga yang memporak – porandakan mereka menjadi kehampaan, karena hakekatnya dia tidak lain seperti sekepul asap tipis yang gemetar diudara.

Kepada kaum yang tertindas saya persembahkan
I L0VE YESUS
I LOVE TOLIKARA
I LOVE PEOPLE TOLIKARA
I LOVE ALL WE.......
SEMOGA TULISAN INI JADI RENUNGAN BAGI MASYARAKAT DANI LEBIH KHUSUSNYA MASYARAKAT TOLIKARA YANG SELALU PERANG SUKU. HARAPAN SAYA SEMOGA SAUDARA – SAUDARI YANG TINGGAL DI KABUPATEN TOLIKARA RENUNGKAN TERUS MENERUS DAN ARTIKAN TULISAN - TULISAN SAYA INI. KITA SAMA – SAMA ANAK DILAHIRKAN DARI RAHIM IBU DAN DI ISI KEDALAM NOKEN, DAN KOTA JUGA KITA MEMAKAI KOTEKA BERSAMA. KULIT KITA SAMA HITAM, RAMBUT KITA SAMA KERITING TIDURPUN SAMA – SAMA DI HONAI. KARENA ITU HARAPAN SAYA SATUKANLAH HATI KAMI UNTUK MEMBANGUN TOLIKARA BERSAMA. JADIKANLAH MOTTO YANG BERSIFAT “NABUA KABUA” (KASIH SESAMA SATU SAMA LAIN).
Penulis
An Webby Yikwa
BERDIRI KARENA ADA RASA KEPEDULIHAN
Harap Kritik dan saran bersifat membangun demi kesempurnaan tulisan ini “ kaonak”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar